MUI pusat telah mengeluarkan fatwa nomer 14/2020 tentang ibadah dalam situasi wabah corona yang mana telah disampaikan ke publik.
Agar fatwa tersebut tidak salah tafsir atau memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya silahkan baca DISINI
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Jumat, 20 Maret 2020
Senin, 16 Maret 2020
Minggu, 23 Februari 2020
Rabu, 07 Agustus 2019
Kulit qurban
Selama ini yang menjadi polemik dalam peringatan idul adha adalah masalah kulit hewan kurban, yang mana ada pendapat yang memperbolehkan dijual ada yang berpendapat tidak boleh dijual.
Dalam hal ini seyogyanya tidak perlu dipertentangkan dan diperdebatkan karena baik yang tidak sependapat dijual maupun yang sependapat punya landasan dalil masing-masing.
Untuk itu marilah kita menambah wawasan dalam permasalahan tersebut dengan mengKLIK untuk lebih detail paparan tersebut diatas.
Dalam hal ini seyogyanya tidak perlu dipertentangkan dan diperdebatkan karena baik yang tidak sependapat dijual maupun yang sependapat punya landasan dalil masing-masing.
Untuk itu marilah kita menambah wawasan dalam permasalahan tersebut dengan mengKLIK untuk lebih detail paparan tersebut diatas.
Senin, 06 Mei 2019
Qiyamul lail
Qiyamul lail secara bahasa dapat diartikan menghidupkan malam. Qiyam (dari akar kata qama) berarti berdiri untuk shalat, karena asal pelaksanaan shalat adalah dengan berdiri. Sementara al-lail bermakna waktu malam. Qiyamul lail sendiri istilah yang dipahami bermakna shalat di waktu malam. Qiyamul lail juga disebut dengan shalat tahajud dan shalat malam. Kata qiyamul lail diambil dari surah al-Muzammil ayat pertama, dan pada surah al-Furqan ayat 25.
Para ulama berpendapat bahwa qiyamul lail adalah untuk menunjuk dua shalat, yaitu shalat witir dan shalat tahajud. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits: “Apabila fajar telah terbit, habislah waktu bagi shalatul-lail (qiyamul lail) dan shalatul-witri, maka berwitirlah sebelum terbit fajar,” (HR. Tirmidzi)
Karena itu, tidak dinilai qiyamul lail jika hanya bangun malam dan tidak melaksanakan shalat tahajud atau shalat witir. Juga baca al-Qur’an, zikir, baca buku atau melaksanakan shalat fardhu, atau shalat sunah lain (selain tahajud dan witir) tidak dinilai qiyamul lail.
Tentu walaupun melakukan zikir dan beribadah di waktu malam, khususnya di sepertiga malam terakhir adalah sangat utama. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits, “Saat terdekat Allah dengan hamba-Nya adalah di waktu penghujung malam terakhir (sepertiga malam terakhir), jika engkau menjadi termasuk orang yang berzikir kepada Allah di waktu itu maka lakukanlah.” (HR. Tirmidzi dan an-Nasa’i).
1. Tercatat sebagai orang yang baik dan berhak mendapat balasan kebaikan berupa anugerah rahmat dari-Nya. Seperti disebut dalam surah al-Dzariyat : 15-18.
2. Penikmat salat malam akan mendapat penyempurnaan atas kekurangan dan cacat kewajiban salat dan meningkat derajatnya menjadi maqamam mahmuda, derajat yang terpuji, surah al-Isra : 79.
3. Penikmat salat malam selalu mendapat pujian dari Allah (baca QS al-Furqan : 63-64), dipersaksikan sebagai orang yang beriman (QS al-Sajadah : 16), dan akan dibedakan derajatnya dengan yang malas shalat malam (QS al-Zumar : 9).
Barakallah fikum. Wallahu’alam
Selasa, 06 November 2018
Rabu Pungkasan
Besok Rabu tanggal 7 November 2018M Bertepatan dengan 29 Safar 1440 H Kita Semua memasuki Suatu Hari yang dikenal dengan Istilah Rabu Pungkasan atau Rabu Kasan atau Rabu Wekasan
Rabu Pungkasan adalah Rabu yang terakhir dibulan Safar sebelum Memasuki Bulan Maulid atau Mulud atau Rabbiul Awal
Dihari itu Pula Rasulullah Muhammad SAW Awal dari Jatuh Sakit nya Beliau, Selama 12 Hari berturut Turut dimulai sakit nya di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar dan Dihari Ke-12 Hari Senin Maulid Rasulullah Muhammad SAW WAFAT Meninggal Dunia
Dihari itu Pula (Rabu Pungkasan) ALLAH Menurunkan ke Dunia yang dijelaskan dalam beberapa Kitab-Kitab Sebanyak 360.000 Macam BALA / MUSIBAH baik kecil atau Besar termasuk Apes
Berlaku untuk seluruh Mahluk di Langit dan Bumi Yang dimulai dari Sejak Fajar Shubuh dihari Rabu 29 Safar 1440H Besok Pagi
Maka dari Itu Para Ulama menyarakan Untuk Buatlah Doa Bersama dan Bersedakahlah.
Karena Sedakah Diantaranya Kekuatan & Keutamaan Sedekah yaitu Mampu menolak BALA/MUSIBAH, Seperti Yang diriwayatkan Dalam Hadist,
Rasulullah Muhammad SAW Bersabda "Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah".
BERSEDEKALAH dalam bentuk Apapun tidak harus dengan Uang atau Sesuatu.
Bisa dengan Bertasbih Bertahmid Bertahlil Menyingkirkan Batu/Duri/Sesuatu yang berbahaya dijalan dll. Namun Lebih Afdolnya dengan Sesuatu atau Uang.
DAN BERDOALAH sendirian atau BERJAMA'AH Memohon Kepada Allah agar Dihindarkan dari BALA yang ALLAH turunkan selama Seharia Penuh di Hari Rabu Pungkasan Besok
Semoga Kita Semua, Keluarga Anda, Orang tua Anda, Anak Cucu Anda, Saudara2 Anda, Tetangga Anda, dan Kaum Muslim & Muslimah dibelahan Bumi manapun Terhindar dari BALA besar atau Kecil dengan Wasilah/Jalan Doa & Sedekah Anda Semua.
AMALAN RABU WEKASAN BULAN SHOFAR
Rabu wekasan atau Rabu pungkasan adalah hari Rabu terakhir bulan Shofar. Sebagian ulama ahli kasyf mengatakan bahwa pada hari itu diturunkan 360.000 macam bala’.
Karenanya kita disunahkan melaksanakan amalan sholat awwabin untuk tolak bala’ (hajat lidaf’il bala’).
Dan pada tahun ini, Rabu wekasan jatuh pada hari Selasa Pon malam Rabu Wage tanggal 29 Shofar 1440 H/ 7 November 2018 M.
Sholat dilaksanakan empat roka’at dua kali salam, dengan niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
atau niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
1. Al Fatihah, kemudian membaca surat Al-Kautsar 17x
2. Al Fatihah surat Al-Ikhlash 5x
3. Al Fatihah kemudian surat Al-Falaq 1x
4. Al Fatihah surat An-Nas 1x
Selesai sholat membaca Do’a ini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Rabbal'alamiin :) :)
Rabu Pungkasan adalah Rabu yang terakhir dibulan Safar sebelum Memasuki Bulan Maulid atau Mulud atau Rabbiul Awal
Dihari itu Pula Rasulullah Muhammad SAW Awal dari Jatuh Sakit nya Beliau, Selama 12 Hari berturut Turut dimulai sakit nya di Hari Rabu Terakhir Bulan Safar dan Dihari Ke-12 Hari Senin Maulid Rasulullah Muhammad SAW WAFAT Meninggal Dunia
Dihari itu Pula (Rabu Pungkasan) ALLAH Menurunkan ke Dunia yang dijelaskan dalam beberapa Kitab-Kitab Sebanyak 360.000 Macam BALA / MUSIBAH baik kecil atau Besar termasuk Apes
Berlaku untuk seluruh Mahluk di Langit dan Bumi Yang dimulai dari Sejak Fajar Shubuh dihari Rabu 29 Safar 1440H Besok Pagi
Maka dari Itu Para Ulama menyarakan Untuk Buatlah Doa Bersama dan Bersedakahlah.
Karena Sedakah Diantaranya Kekuatan & Keutamaan Sedekah yaitu Mampu menolak BALA/MUSIBAH, Seperti Yang diriwayatkan Dalam Hadist,
Rasulullah Muhammad SAW Bersabda "Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah".
BERSEDEKALAH dalam bentuk Apapun tidak harus dengan Uang atau Sesuatu.
Bisa dengan Bertasbih Bertahmid Bertahlil Menyingkirkan Batu/Duri/Sesuatu yang berbahaya dijalan dll. Namun Lebih Afdolnya dengan Sesuatu atau Uang.
DAN BERDOALAH sendirian atau BERJAMA'AH Memohon Kepada Allah agar Dihindarkan dari BALA yang ALLAH turunkan selama Seharia Penuh di Hari Rabu Pungkasan Besok
Semoga Kita Semua, Keluarga Anda, Orang tua Anda, Anak Cucu Anda, Saudara2 Anda, Tetangga Anda, dan Kaum Muslim & Muslimah dibelahan Bumi manapun Terhindar dari BALA besar atau Kecil dengan Wasilah/Jalan Doa & Sedekah Anda Semua.
AMALAN RABU WEKASAN BULAN SHOFAR
Rabu wekasan atau Rabu pungkasan adalah hari Rabu terakhir bulan Shofar. Sebagian ulama ahli kasyf mengatakan bahwa pada hari itu diturunkan 360.000 macam bala’.
Karenanya kita disunahkan melaksanakan amalan sholat awwabin untuk tolak bala’ (hajat lidaf’il bala’).
Dan pada tahun ini, Rabu wekasan jatuh pada hari Selasa Pon malam Rabu Wage tanggal 29 Shofar 1440 H/ 7 November 2018 M.
Sholat dilaksanakan empat roka’at dua kali salam, dengan niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى
atau niat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
1. Al Fatihah, kemudian membaca surat Al-Kautsar 17x
2. Al Fatihah surat Al-Ikhlash 5x
3. Al Fatihah kemudian surat Al-Falaq 1x
4. Al Fatihah surat An-Nas 1x
Selesai sholat membaca Do’a ini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Aamiin Aamiin Aamiin Yaa Rabbal'alamiin :) :)
Sabtu, 19 Mei 2018
Pahala Sholat Taraweh
Inilah Hikmah-hikmah Taraweh dari Malam 1 – 30 Bersumber dari sabda Nabi muhammad S.A.W yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib yang di kutib dari kitab Durrotun Nasihin Hal. 18 - 19
TARAWIH MALAM ke -1:
Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
TARAWIH MALAM ke -2:
Ia diampuni dan juga kedua orang tuanya (diampuni dosa-dosanya), jika keduanya mukmin.
TARAWIH MALAM ke -3:
Seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, karena Allah telah mengampuni dosamu yang telah lewat.”
TARAWIH MALAM ke - 4:
Dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
TARAWIH MALAM ke -5:
Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah (Nabawi) dan Masjidil Aqsha.
TARAWIH MALAM ke - 6:
Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
TARAWIH MALAM ke -7:
Seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa AS dan kemenangan Beliau atas Fir’aun dan Haman.
TARAWIH MALAM ke - 8:
Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Allah berikan kepada Nabi Ibrahim as
TARAWIH MALAM ke - 9:
Seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi Muhammad SAW
TARAWIH MALAM ke -10:
Allah Ta’ala mengkaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
TARAWIH MALAM ke -11:
Ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
TARAWIH MALAM ke -12:
Ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
TARAWIH MALAM ke -13:
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
TARAWIH MALAM ke -14:
Para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah membebaskannya dari Hisab pada hari kiamat.
TARAWIH MALAM ke -15:
Ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
TARAWIH MALAM ke -16:
Allah tetapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam Surga.
TARAWIH MALAM ke -17:
Allah berikan padanya pahala seperti pahala para Nabi.
TARAWIH MALAM ke -18:
Seorang malaikat berseru, “Hai hamba ALLAH, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”
TARAWIH MALAM ke -19:
Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam Surga Firdaus.
TARAWIH MALAM ke -20:
Allah memberikannya pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
TARAWIH MALAM ke -21:
Allah membangunkan untuknya sebuah gedung dari cahaya.
TARAWIH MALAM ke -22:
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
TARAWIH MALAM ke -23:
Allah membangunkan untuknya sebuah kota di dalam surga.
TARAWIH MALAM ke -24:
Ia memperoleh 24 (duapuluh empat) doa yang dikabulkan.
TARAWIH MALAM ke -25:
Allah Ta’ala membebaskannya dari azab kubur.
TARAWIH MALAM ke -26:
Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
TARAWIH MALAM ke -27:
Ia dapat melewati Shiroth pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
TARAWIH MALAM ke -28:
Allah mengangkat baginya 1000 (seribu) derajat dalam surga.
TARAWIH MALAM ke -29:
Allah memberinya pahala 1000 (seribu) haji yang diterima.
TARAWIH MALAM ke -30:
Allah berfirman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”
TARAWIH MALAM ke -1:
Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
TARAWIH MALAM ke -2:
Ia diampuni dan juga kedua orang tuanya (diampuni dosa-dosanya), jika keduanya mukmin.
TARAWIH MALAM ke -3:
Seorang malaikat berseru dibawah ‘Arsy: “Mulailah beramal, karena Allah telah mengampuni dosamu yang telah lewat.”
TARAWIH MALAM ke - 4:
Dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan (Al-Quran).
TARAWIH MALAM ke -5:
Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah (Nabawi) dan Masjidil Aqsha.
TARAWIH MALAM ke - 6:
Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
TARAWIH MALAM ke -7:
Seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa AS dan kemenangan Beliau atas Fir’aun dan Haman.
TARAWIH MALAM ke - 8:
Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Allah berikan kepada Nabi Ibrahim as
TARAWIH MALAM ke - 9:
Seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadatnya Nabi Muhammad SAW
TARAWIH MALAM ke -10:
Allah Ta’ala mengkaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
TARAWIH MALAM ke -11:
Ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
TARAWIH MALAM ke -12:
Ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan di malam purnama.
TARAWIH MALAM ke -13:
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
TARAWIH MALAM ke -14:
Para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah membebaskannya dari Hisab pada hari kiamat.
TARAWIH MALAM ke -15:
Ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
TARAWIH MALAM ke -16:
Allah tetapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam Surga.
TARAWIH MALAM ke -17:
Allah berikan padanya pahala seperti pahala para Nabi.
TARAWIH MALAM ke -18:
Seorang malaikat berseru, “Hai hamba ALLAH, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.”
TARAWIH MALAM ke -19:
Allah mengangkat derajat-derajatnya dalam Surga Firdaus.
TARAWIH MALAM ke -20:
Allah memberikannya pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
TARAWIH MALAM ke -21:
Allah membangunkan untuknya sebuah gedung dari cahaya.
TARAWIH MALAM ke -22:
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
TARAWIH MALAM ke -23:
Allah membangunkan untuknya sebuah kota di dalam surga.
TARAWIH MALAM ke -24:
Ia memperoleh 24 (duapuluh empat) doa yang dikabulkan.
TARAWIH MALAM ke -25:
Allah Ta’ala membebaskannya dari azab kubur.
TARAWIH MALAM ke -26:
Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
TARAWIH MALAM ke -27:
Ia dapat melewati Shiroth pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
TARAWIH MALAM ke -28:
Allah mengangkat baginya 1000 (seribu) derajat dalam surga.
TARAWIH MALAM ke -29:
Allah memberinya pahala 1000 (seribu) haji yang diterima.
TARAWIH MALAM ke -30:
Allah berfirman : “Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”
Selasa, 10 April 2018
Makna Masjid
Masjid Quba |
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud." Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran sural Al-Jin (72): 18, misalnya, menegaskan bahwa, Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun. Rasul Saw. bersabda, Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri (HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah). Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu tetapi kata masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt. Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh. SUJUD DAN FUNGSI MASJID Al-Quran menggunakan kata sujud untuk berbagai arti. Sekali diartikan sebagai penghormatan dan pengakuan akan kelebihan pihak lain, seperti sujudnya malaikat kepada Adam pada Al-Quran surat Al-Baqarah (2): 34. Di waktu lain sujud berarti kesadaran terhadap kekhilafan serta pengakuan kebenaran yang disampaikan pihak lain, itulah arti sujud di dalam firman-Nya, Lalu para penyihir itu tersungkur dengan bersujud (QS Thaha [20]: 70). Yang ketiga sujud berarti mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah yang berkaitan dengan alam raya ini, yang secara salah kaprah dan populer sering dinama hukum-hukum alam. Bintang dan pohon keduanya bersujud (QS Al-Rahman [55]: 6). Dari sunnatullah diketahui bahwa kemenangan hanya tercapai dengan kesungguhan dan perjuangan. Kekalahan diderita karena kelengahan dan pengabaian disiplin, dan sukses diraih dengan perencanaan dan kerja keras, dan sebagainya, sehingga seseorang tidak disebut bersujud, apabila tidak mengindahkan hal-hal tersebut. Al-Quran menyebutkan fungsi masjid antara lain di dalam firman-Nya: Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas apa pun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (QS An-Nur [24]: 36-37). Tasbih bukan hanya berarti mengucapkan Subhanallah, melainkan lebih luas lagi, sesuai dengan makna yang dicakup oleh kata tersebut beserta konteksnya. Sedangkan arti dan konteks-konteks tersebut dapat disimpulkan dengan kata taqwa. MASJID PADA MASA RASULULLAH SAW. Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Dari sana beliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah 'tempat peradaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat manusia. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya --Masjid Quba dan Masjid Nabawi-- dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan samph dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut, Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu (QS Al-Tawbah [9]: 107). Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu sebagai: 1. Tempat ibadah (shalat, zikir). 2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya). 3. Tempat pendidikan. 4. Tempat santunan sosial. 5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya. 6. Tempat pengobatan para korban perang. 7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. 8. Aula dan tempat menerima tamu. 9. Tempat menawan tahanan, dan 10. Pusat penerangan atau pembelaan agama. Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara lain oleh: 1. Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan jiwa agama. 2. Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid. Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah). Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbullah lembaga-lembaga baru yang mengambil-alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid. Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak berarti bahwa masjid tidak dapat berperan di dalam hal-hal tersebut. Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melakukan kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas. Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin. Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk: a. Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. b. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK). c. Ruang pertemuan dan perpustakaan. d. Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat. e. Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja. Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub. Hal terakhir ini perlu mendapat perhatian, karena menurut pengamatan sementara pakar, sejarah kaum Muslim menunjukkan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap nilai-nilai arsitektur dan estetika suatu masjid sering ditandai dengan kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhan fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsitektur dan estetika dijadikan kompensasi untuk menutup-nutupi kekurangan atau kelumpuhan tersebut. YANG BOLEH DILAKUKAN DAN YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN DI DALAM MASJID Masjid adalah milik Allah, karena itu kesuciannya harus dipelihara. Segala sesuatu yang diduga mengurangi kesucian masjid atau dapat mengesankan hal tersebut, tidak boleh dilakukan di dalam masjid maupun diperlakukan terhadap masjid. Salah satu yang ditekankan oleh sebagian ulama sebagai sesuatu yang tidak wajar terlihat pada masjid (dan sekitarnya) adalah kehadiran para pengemis, Untuk memelihara kesucian masjid, Allah Swt. berfirman agar para pengunjungnya memakai hiasan ketika mengunjungi masjid sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-A'raf (7): 31: Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Rasulullah Saw. menganjurkan agar memakai wangi-wangian saat berkunjung ke masjid, dan melarang mereka yang baru saja memakan bawang memasukinya. Siapa yang makan bawang putih atau merah hendaklah menghindar dan masjid kita. Masjid harus mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman pada pengunjung dan lingkungannya, karena itu Rasulullah Saw. melarang adanya benih-benih pertengkaran di dalamnya, sampai-sampai beliau bersabda, Jika engkau mendapati seseorang menjual atau membell di dalam masjid, katakanlah kepadanya, "Semoga Allah tidak memberi keuntungan bagi perdaganganmu," dan bila engkau mendapati seseorang mencari barangnya yang hilang di da1am masjid, maka katakanlah, "Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu (semoga engkau tidak menemukannya)." Kedua teks yang disebutkan di atas tidak berarti larangan berbicara tentang perniagaan yang sifatnya mendidik umat, atau melarang para pembina dan pengelola masjid berniaga, melainkan yang dimaksud adalah larangan melakukan transaksi perniagaan di dalam masjid. Fungsi masjid paling tidak dinyatakan oleh hadis Rasulullah Saw. ketika menegur seseorang yang membuang air kecil (di samping) masjid: Masjid-masjid tidak wajar untuk tempat kencing atau (membuang sampah). Ia hanya untuk (dijadikan tempat) berzikir kepada Allah Ta'ala, dan membaca (belajar) Al-Quran (HR Muslim). Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah dan pendidikan dalam pengertiannya yang luas. Bukankah Al-Quran berbicara tentang segala aspek kehidupan manusia? []
---------------- WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Penerbit Mizan
Minggu, 11 Maret 2018
Langganan:
Postingan (Atom)